Aturan Libur Yang Perlu Diketahui Agar Liburanmu Semakin Menyenangkan

Berkunjung ke rumah keluarga atau berwisata menjadi pilihan keluarga dalam mengisi waktu di hari raya. Berbagai persiapan telah dilakukan mulai dari pakaian, transportasi, makanan, dan lainnya. Waktu libur panjang di hari raya tentu menjadi waktu yang menyenangkan bagi keluarga. Bagaimana dengan anak, apakah aturan-aturan di rumah juga menjadi ‘libur’?

Setiap keluarga memiliki aturannya masing-masing sesuai dengan norma yang berlaku di keluarga tersebut. Aturan dibuat untuk mengajarkan ke anak bahwa ada konsekuensi di setiap perilaku yang dilakukan. Konsekuensi bisa berarti positif (reward) atau negatif (punishment). Konsep ini sebenarnya sudah ada dalam diri anak sejak ia lahir. Contoh yang paling sederhana misalkan anak belajar bahwa dengan menangis (perilaku) ia akan mendapatkan perhatian (konsekuensi).

Perilaku mengalami banyak keragaman ketika memasuki usia 18-24 bulan.

Di fase ini mulai terbentuk konsep diri, bahwa dirinya adalah individu yang berbeda dari individu yang lainnya. Saat ini juga anak mulai menyadari (aware) atas respon dari orang di sekitar terhadap perilakunya. Anak pun mulai mempelajari mana perilaku yang diterima dan tidak diterima oleh orang-orang terdekatnya.

Orang tua memang berperan penting dalam membentuk kepatuhan anak terhadap aturan, tetapi begitu juga dengan orang-orang dalam keseharian anak seperti saudara, pengasuh, dsb. Semakin besar keterlibatan orang-orang tersebut dalam hidup anak, akan semakin besar pula peranannya.

Bila anak sedang di rumah, tentu menjadi mudah bagi orang tua untuk mengarahkan anak mengikuti aturan yang berlaku di rumah. Bagaimana saat di luar rumah, ketika sedang berkunjung ke rumah kerabat atau sedang berwisata?

“Adanya aturan di luar rumah dapat membantu anak memahami norma yang berlaku di masyarakat. Memang tidak mudah dalam penerapannya sehingga perlu dibuat batasan-batasan yang jelas mengenai perilaku yang diharapkan dan tidak diharapkan dari anak di luar rumah sehingga ia tidak bingung dalam bertindak,” jelas Evelyn, S.Psi (Terapis Perilaku)

Wanita lulusan Fakultas Psikologi UI ini juga menambahkan bahwa penting untuk menjelaskan kepada anak mengenai alasan dibalik suatu aturan sesederhana mungkin. Berikan juga ‘jalan tengah’ sesuai dengan pemahaman anak.

Misalkan ketika anak diberi permen oleh Kakeknya, padahal ia sedang batuk. Lebih baik jelaskan bahwa ia tidak boleh makan permen karena sedang batuk, daripada hanya melarang “jangan makan permen”. Sebagai ‘jalan tengah’, jelaskan bahwa permen tersebut dapat disimpan sampai anak sembuh atau janjikan anak untuk membeli permen ketika sudah sembuh. Jangan lupa untuk menepati janji kepada anak dan berilah pujian atau reward lainnya ketika anak mematuhi aturan ini.

Seringkali orang tua merasa bimbang bila anak melanggar aturan yang diberikan saat di luar rumah. Bimbang apakah langsung menegur atau membahasnya nanti saat sudah di rumah.

“Sebaiknya teguran diberikan segera setelah perilaku melanggar dilakukan. Akan tetapi jika tidak memungkinkan, orang tua cukup berkata tidak atau menggelengkan kepala. Segera cari waktu untuk bicara pada anak secara personal untuk membahas kembali perilaku anak tersebut dan berilah konsekuensi yang tepat. Hindari untuk menegur atau memberi punishment yang berlebihan di depan umum. Pertimbangkan juga kepribadian anak, misalkan anak pemalu atau sensitif,” jelas Terapis yang juga Shadow Teacher di TK Islam Nabila.

Jadi, dengan aturan di luar rumah yang jelas untuk anak maka diharapkan ia dapat memahami mana perilaku yang diharapkan dan tidak diharapkan oleh orang sekitarnya sehingga ia tidak menjadi bingung dalam mengeksplorasi lingkungan yang akan ia kunjungi. Anak senang, Mama Papa pun senang.

Selamat berlibur!

(Hanny Utari)

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *