Masa remaja adalah masa yang esensial di dalam proses pertumbuhan manusia. Betapa tidak, pada tahap perkembangan ini, selain memulai masa pubertas yang mengalami perubahan fisik dan hormonal, bagian otak remaja yang berhubungan dengan fungsi emosi juga sedang berkembang pesat. Untuk pertama kalinya, mereka benar-benar mengalami beberapa emosi yang berbeda dalam satu waktu, sehingga mereka kerap merasa tidak mengerti apa yang sedang mereka rasakan. Para remaja juga tidak mengerti harus bersikap dan berperilaku seperti apa dalam menyikapi setiap perasaan mereka.
Perubahan diri pada remaja tentu tidak hanya membuat orang tua, maupun keluarga merasa kebingungan. Para remaja sendiri pun kerap merasa kebingungan mengenai apa yang sesungguhnya mereka rasakan. Apalagi dengan fungsi berpikir logis yang masih kurang berkembang, seringkali mereka tampil sebagai individu yang impulsive, kurang mempertimbangkan beragam risiko dari perilaku mereka dalam keseharian.
Di sisi lain, di masa-masa inilah sesungguhnya para remaja sangat membutuhkan kehadiran sosok-sosok dewasa di dalam hidup mereka. Di saat inilah, mereka membutuhkan bantuan untuk lebih memahami dan menerima perubahan-perubahan yang mereka alami.
Jangan lupa, #keluargamentari, di usia berapapun kita hidup, perubahan tidak pernah membuat kita merasa nyaman.
Lalu, dengan berbagai perubahan yang mereka alami saat ini, apa yang bisa kita lakukan sebagai orang yang lebih dewasa?
Berikut ini adalah beberapa tips sederhana yang bisa diikuti:
- Komunikasi dua arah, dan mendengar secara empatik. Sebagai orang dewasa, seringkali kita kurang banyak mendengar, dan tergesa-gesa memberikan nasehat, arahan, dan panduan bagi para remaja. Sayangnya hal ini kerap membuat para remaja menjadi jengah, sehingga memutuskan untuk menutup diri dari orang-orang dewasa di sekitarnya. Sebagai orang dewasa, ada baiknya kita bisa menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi para remaja untuk berkeluh kesah, merasa diterima, dan dipahami sepenuhnya. Oleh karena itu, mulailah mendengarkan mereka secara perlahan, berikan afirmasi positif, dan waktu untuk memproses beragam pengalaman.
- Bantu mereka mengenali perasaan mereka. Seringkali para remaja kesulitan untuk benar-benar memahami beragam emosi yang sedang mereka rasakan. Padahal emosi yang kuat dan intens, memunculkan sensasi tertentu di tubuh mereka, sehingga kerap memunculkan keluhan-keluhan fisik, seperti sesak nafas, sakit perut, atau tegang di leher dan sakit kepala. Sesungguhnya keberadaan orang dewasa dibutuhkan untuk membantu mereka menenangkan diri, mengelola nafas, dan mengenali perasaan-perasaan yang muncul. Bantu mereka juga untuk tidak perlu terburu-buru menginginkan emosi tersebut hadir, karena ketidakmampuan menerima perasaan justru kerap memunculkan beragam emosi yang lebih intens di kemudian hari. Ingatlah bahwa emosi itu bagaikan gelombang, ia datang dan pergi.
- Bantu remaja untuk mengembangkan respon emosi yang sesuai. Para remaja kerap kurang memahami emosi yang muncul di dalam diri mereka, dan tidak menyukai berbagai pengalaman emosi yang mereka alami. Oleh karena itu, peran orang dewasa adalah membantu mereka memikirkan perilaku-perilaku yang bisa diterima untuk mengekspresikan emosi. Salah satunya adalah dengan merasa marah tanpa marah-marah, merasa kesal tanpa perlu menyakiti orang lain maupun diri sendiri, dll. Namun tentu cara terbaik untuk mengajarkan mereka mengenai ekspresi emosi adalah dengan melibatkan mereka untuk memikirkan alternatif perilaku yang bisa mereka lakukan untuk mengekspresikan emosi-emosi yang mereka rasakan secara kuat.
#keluargamentari, remaja yang mampu memahami emosi mereka lebih dini membantu mereka untuk meregulasi diri lebih baik di masa depan, hingga di masa dewasanya kelak.
Oleh karena itu pendampingan emosi di masa remaja merupakan tindakan yang dapat kita lakukan untuk membantu para remaja tumbuh sebagai manusia yang sadar, matang, dan adaptif menyikapi berbagai dinamika kehidupan di masa dewasa kelak.
(Ditulis oleh Anggita H. Panjaitan, M.Psi.,Psikolog)