Saat anak di sekolah, guru menjadi wakil orang tua yang membimbing anak dalam proses belajarnya. Namun, ada kalanya anak merasa tidak cocok dengan guru yang mengajar. Entah karena cara penyampaian materi pelajaran yang dirasa tidak sesuai, hingga anak merasa guru terlalu galak saat di kelas. Sebagai guru, ia diharapkan tegas kepada murid-muridnya. Tegas tentu berbeda dengan galak. Lalu, apa bedanya?
Guru yang tegas tidak menggunakan emosi saat menegur murid. Ia menerapkan disiplin dengan menekankan pada murid bahwa setiap perbuatan akan mendapatkan konsekuensi yang sesuai. Konsekuensinya tentu sesuai dengan kemampuan murid dan tidak menggunakan hukuman fisik ataupun ancaman. Berbeda dengan guru yang galak. Guru yang galak seringkali menggunakan emosi saat menegur murid, bahkan menggunakan hukuman fisik atau ancaman saat murid melanggar aturan.
Ketika di SD dan tingkat selanjutnya, guru memang mulai menerapkan beragam aturan dalam proses belajar seperti duduk tenang, mengerjakan tugas, tidak terlambat, dsb. Guru sudah dapat menerapkan konsekuensi apabila anak menunjukkan perilaku yang tidak diinginkan. Ini berbeda ketika di TK, di mana guru menerapkan konsep belajar yang menyenangkan dan tidak selalu berkutat dengan tugas-tugas yang bersifat “paper and pencil”.
Apabila anak bercerita bahwa gurunya galak, Anda sebaiknya meminta gambaran jelas mengenai seperti apa gurunya ketika bersikap galak. Anda juga perlu untuk menjelaskan mengenai maksud guru tersebut apabila sebenarnya anak memiliki persepsi yang kurang tepat mengenai galak.
Namun bila Anda melihat sikap guru di sekolah mempengaruhi kenyamanan diri anak di sekolah (misalnya anak menolak ke sekolah karena gurunya galak), Anda dapat datang ke sekolah untuk berdiskusi secara baik-baik dengan guru tersebut dan juga menjelaskan kondisi anak. Hal ini diharapkan dapat menjadi refleksi diri bagi guru tersebut.
Oleh: Danar Tri Kusuma, M.Psi., Psikolog (Psikolog Anak)
(Editor: Hanny Utari)