Mengenal Parental Burnout dan Cara Mengatasinya

Menjalani peran sebagai orang tua kita harus melewati berbagai situasi. Ada kalanya kita sangat menikmati peran tersebut, namun ada juga masanya orang tua merasa jenuh, lelah, stress hingga depresi.

Berbagai perasaan negatif yang dialami oleh orang tua, khususnya para Ibu ini terjadi bukan tanpa alasan. Apalagi jika merasakannya secara terus menerus. Menurut ilmu psikologi, ada kondisi tertentu yang bernama Parental Burnout.

Apa itu Parental Burnout?

Parental Burnout adalah kondisi ketika orang tua merasakan stress terkait pengasuhan (parental stress) yang intens dan berkepanjangan, sampai akhirnya tidak mampu lagi mempertahankan pengasuhan yang optimal. Kondisi ini dapat menyebabkan seseorang merasakan lelah yang berkepanjangan baik fisik maupun emosional.

Sekilas kondisi ini mirip dengan Baby Blues dan Post Partum Depresion. Bedanya, jika dua kondisi tersebut sering dialami para ibu di awal kelahiran bayi, Parental Burnout justru terjadi dalam rentang waktu yang lebih lama. Misalnya ketika anak memasuki usia MPASI hingga balita dengan masalah susah makan. Atau Ibu bekerja yang harus mengurus pekerjaan dan keluarga dengan usia anak yang sedang aktif-aktifnya. Bisa juga terjadi karena orang tua harus melakukan pekerjaan dan mendampingi anak belajar dalam satu waktu.

Parental Burnout dapat membuat seseorang merasa kehilangan arah karena ada perasaan hampa dan kesepian akibat lelah secara fisik dan empsional yang berkepanjangan. Kualitas pengasuhan tidak sebaik sebelumnya karena hanya bisa memenuhi kebutuhan anak yang dirasa penting saja seperti makan, mandi dan tidur. Tidak lagi bisa menemani anak bermain dan lebih memilih untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan diri sendiri. 

Jika seseorang sudah mulai menjaga jarak emosional dengan anak dan menunjukkan kekerasan fisik ataupun verbal kepada anak, hati-hati. Hal tersebut merupakan tanda-tanda Parental Burnout yang harus diwaspadai. Bukan hanya kepada anak, seseorang bisa mengalami masalah pada dirinya sendiri seperti gangguan tidur, masalah kesehatan, meningkatnya konsumsi alkohol, bahkan bisa jadi ada perasaan untuk melukai diri sendiri.

Selain itu hubungan dengan pasangan pun akan mengalami kendala. Bukan lagi bisa dikatakan harmonis, melainkan adanya konflik yang terus meningkat dari hari ke hari. Apabila seorang Ibu mengalami Parental Burnout, Ayah akan merasa tanggung jawabnya menjadi semakin berat dan justru rentan mengalami Parental Burnout juga.

Betapa tidak menyenangkannya kondisi ini jika #keluargamentari tidak dapat mengenali tanda-tanda Parental Burnout sejak awal dan terlanjur mengalaminya.

Mencegah dan dan Mengatasi Parental Burnout

Jika peran orang tua dianalogikan sebagai pekerjaan, ini adalah pekerjaan yang sangat berat. Banyak tugas yang harus diselesaikan, target yang belum tercapai, belum lagi adanya tekanan emosional dari diri sendiri dan orang lain. Parental Burnout umumnya terjadi ketika banyaknya tuntutan tidak diimbangi dengan sumber daya yang cukup. Sumber daya tersebut bisa berasal dari diri (rasa percaya diri), dukungan dari pasangan dan orang-orang terdekat juga dalam hal finansial. Selain itu sumber daya juga bisa berupa ilmu parenting yang perlu diperbarui dan memiliki kegiatan positif selain “menjadi orang tua”.

Tahapan Parental Burnout yang biasanya terjadi adalah : merasa lelah yang berlebihan, kemudian merasa pengasuhan sudah tidak semenyenangkan dahulu sehingga menjaga jarak emosional dengan anak. Terakhir, menyadari diri sendiri tidak ideal sebagai orang tua.

Untuk mencegah dan mengatasinya, yang pertama kali harus dilakukan adalah “self-care”. Mencintai dan peduli terhadap diri sendiri dapat mengisi tangki emosional pada diri kita. Jika anak-anak adalah gelas kosong yang perlu diisi air, maka kita harus memiliki air yang cukup untuk dibagikan. Apabila orang tua harus memberikan pengasuhan dengan penuh cinta kasih, maka kita perlu mencintai diri sendiri terlebih dahulu, baru bisa memberikan cinta itu kepada anak dan keluarga.

Self-care bisa dilakukan dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti berolah raga, meditasi, merawat diri, bersosialisasi dalam pertemanan positif. 

Pernerimaan diri dan anak juga sangat diperlukan. Menyadari apa adanya diri kita, anak dan pasangan, merupakan langkah yang baik dalam pengasuhan. Namun, jika dirasa sangat dibutuhkan karena Parental Burnout sudah tidak bisa lagi ditoleransi, segeralah mencari bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater agar kondisi ini dapat segera teratasi. 

Ditulis oleh Dzulkhulaifah dari Femaledigest.com

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *