#keluargamentari tentunya tidak asing dengan istilah sensori integrasi. Sensori Integrasi (SI) merupakan proses yang dilakukan sistem syaraf dalam menerima seluruh informasi yang ada di sekitar kita melalui ketujuh sensor/ indera, lalu mengatur/mengintegrasikan informasi-informasi tersebut agar dapat membentuk perilaku yang adaptif.
Terdapat 7 sensor/indera yang berfungsi untuk menerima informasi dari lingkungan antara lain:
- Visual (penglihatan)
- Auditory (pendengaran)
- Olfactory (penciuman)
- Gustatory (pengecapan)
- Tactile (perabaan)
- Verstibular (keseimbangan)
- Proprioceptive(otot dan sendi)
Berikut adalah penjelasan beberapa sensor/indera dari sensori integrasi. Yuk disimak!
Tactile
Berfungsi untuk menginterpretasikan informasi yang diterima melalui reseptor kulit ke otak. Bisa dalam bentuk rangsangan cahaya, sentuhan, nyeri, suhu, dan tekanan. Contoh: Membedakan benda kasar atau halus, kering atau basah, dingin atau panas.
Apa pentingnya sensor tactile?
- Agar individu dapat memahami body maps, misalnya tau ini jariku, ini rambutku (tanpa lihat bisa tau)
- Untuk perkembangan body awareness (kesadaran akan posisi tubuhnya di lingkungan)
- Untuk perkembangan kemampuan emosional
- Untuk perkembangan kemampuan motorik
Masalah apa yang dapat terjadi pada anak?
SENSORY OVER RESPONSIVE
Anak merespon informasi yang masuk dengan berlebihan.
Misalnya, menghindari berjalan dialas rumput atau pasir, merasa jijik dengan tekstur lembek seperti lem, dsb. Anak dapat memunculkan respon berlebihan seperti marah, tantrum, atau sangat menghindari stimulus-stimulus ini.
SENSORY UNDER RESPONSIVE
Anak gagal dalam merespon frekuensi/intensitas dari pengalaman sensori taktil. Anak akan terlihat tidak dapat mendeteksi atau mengabaikan informasi yang masuk.
Misalnya, anak tidak merasakan nyeri saat dipukul, jatuh, tertusuk, dan tidak merasakan temprature yang extreme.
Sensory Seeking/Craving
Anak membutuhkan input sensory yang tidak wajar dari segi intensitas dan frekuensi input taktil yang masuk. Biasanya anak terlihat mencari sensasi taktil secara intens untuk memungkinkan anak berinteraksi dengan lingkungannya secara tepat.
Misalnya, anak senang untuk memeluk atau bersalaman secara intens, usil, atau memukul orang lain, memegang semua mainan atau menghancurkan barang milik orang lain, dsb.
Apa pengaruhnya jika tactile tidak terstimulasi dengan baik?
Masalah sensori tactile pada anak menyebabkan adanya perilaku yang tidak sesuai, misal:
- Masalah dalam aktivitas self care (mandi, menggosok gigi, potong rambut, picky dalam memakai baju (lengan panjang atau pendek, berserat, kasar, menghindari wash tag dsb), menggunting kuku, dsb)
- Emosional,misalnya anak menjadi agresif atau cemas saat merespon stimulus tertentu, menjadi stress atau overhelmed saat berada di dekat orang, menghindar saat digendong, dipeluk, merasa insecure dengan lingkungan (terutama lingkungan baru atau orang baru)
- Anak akan memiliki kesulitan saat di sekolah seperti: cenderung memilih berbaris di paling belakang untuk menghindari kontak dengan teman lain, menghindari aktivitas messy play, dijauhi karena suka jahil atau merusak barang teman, mungkin dapat kesulitan dalam menulis.
Tips untuk orang tua:
- Konsultasi dengan ahli untuk mengetahui atau mengidentifikasi masalah karakteristik sensori tactile pada anak
- Memberikan warning saat kita mau bermain atau melakukan sesuatu pada anak, pastikan anak melihat saat kita datang dan katakan apa yang mau kita lakukan sebelum melakukan sesuatu
- Memberikan kesempatan anak untuk eksplorasi terhadap lingkunganya dan membiarkan anak mencoba sesuatu selama tidak membahayakan bagi anak
- Membantu stimulasi input sensori taktil sesuai dengan kebutuhan anak berdasarkan anjuran ahli serta mendorong partisipasi aktif anak dalam melakukanya
- misalnya dengan aktivitas fisik yang membutuhkan kinerja otot seperti mendorong, menarik, memanjat, naik sepeda, berenang, lempar dan menendang bola
Untuk anak yang under responsive:
Orang tua dapat menunjukan perisitiwa yang biasanya bisa menimbulkan rasa sakit seperti saat kepala terbentur, terkena benda yg tajam, air panas dsb. Jelaskan kepada anak bahwa ia harus berhati-hati dan beritahu pada orang dewasa saat itu terjadi. Orang tua juga dapat menunjukan situasi tersebut melalui video atau kejadian di kehidupan nyata bagaimana anak harus merespon terhadap rasa nyeri
Untuk anak yang over responsive:
Orang tua dapat mempertimbangkan untuk mencoba anak mengenal input tersebut secara bertahap. Misalnya, untuk anak yang sensitif untuk menyentuh pasir, orangtua dapat mengenalkan berbagai tekstur mulai dari bermain tepung, beras, kinetic sand, sampai ke tekstur sebenarnya.
(Okupasi Terapis, Gandes Mutiara Aziz, S. Tr. Kes.)