Peran Ibu Dalam Tumbuh Kembang Anak

Secara umum, tumbuh kembang anak meliputi tiga aspek, yaitu aspek fisik, aspek, kognitif, dan aspek sosioemosional. Orangtua, baik ayah maupun ibu, memiliki peranan yang penting dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak pada ketiga aspek tersebut. Meskipun sama-sama memiliki peranan yang penting, namun biasanya ayah dan ibu memiliki peran yang berbeda. Anak-anak umumnya memandang ayah sebagai sosok yang dipanuti dan dikagumi. Ayah memiliki peranan penting dalam menerapkan aturan dalam keluarga karena ayah adalah figur otoritas dalam keluarga. Sementara itu, ibu seringkali dipandang anak sebagai sumber kenyamanan dan kehangatan. Tempat anak mencari pelukan saat ia merasa sakit atau sedih.

Tulisan ini akan memfokuskan pada peran ibu dalam tumbuh kembang anak (meskipun tidak berarti mengecilkan atau mengesampingkan peran ayah). Jika dikaitkan dengan ketiga aspek perkembangan pada anak, maka ibu sebagai pengasuh utama (primary caregiver) memiliki peranan yang sangat penting.

Aspek Perkembangan Fisik

Ibu sangat berperan dalam memastikan kecukupan asupan makanan dan minuman yang bergizi untuk anak, kecukupan waktu tidur anak, dll. Seorang ibu biasanya selalu memantau kesehatan anaknya, berusaha memenuhi segala hal yang dibutuhkan untuk menunjang kesehatan anak. Untuk mengoptimalkan perkembangan fisik anak, ibu juga dapat memberikan sejumlah aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan gerak dan eskplorasi pada anak. Perkembangan aspek fisik biasanya terkait dengan aspek motorik. Kemampuan motorik terdiri dari kemampuan motorik kasar dan kemampuan motorik halus. Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan yang melibatkan sejumlah otot-otot besar, seperti berlari, melompat, bermain sepeda, menendang bola, melempar dan menangkap bola, dll. Sedangkan kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang melibatkan sejumlah otot-otot kecil (terutama pada jari-jari tangan) seperti menggenggam benda, menggunting, mewarnai, menulis, mengikat tali sepatu, dll. Untuk mengoptimalkan perkembangan fisik dan motorik anak, ibu dapat mengajak anak melakukan sejumlah aktivitas-aktivitas sederhana yang terkait dengan motorik kasar dan halus. Misalnya saja, untuk melatih kemampuan motorik kasar anak, ibu dapat mengajak anak bermain sepeda setiap sore di sekitar lingkungan rumah. Selanjutnya, untuk melatih kemampuan motorik halus anak, ibu dapat mengajak anak untuk membuat rangkaian kalung dengan cara memasukkan untaian tali ke lubang yang ada pada manik-manik.

Aspek Kognitif

Peranan ibu tidak kalah besarnya. Setiap harinya Ibu dapat melakukan banyak stimulasi untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak. Misalnya saja, ibu dapat membacakan buku cerita untuk memperkaya perbendaharaan kata dan pengetahuan anak. Ibu juga dapat mengajak anak bermain peran (main ‘masak-masak-an’, ‘dokter-dokter-an’) untuk mengembangkan imajinasi dan kemampuan komunikasi anak. Selain itu bermain puzzle dan bermain teka-teki juga dapat dilakukan untuk mengembangkan logika dan kemampuan pemecahan masalah anak. Pada anak usia sekolah, aktivitas belajar di rumah tentunya akan lebih menyenangkan jika didampingi dan didukung oleh ibu. Dengan mendampingi anak saat belajar, ibu dapat memperhatikan kemampuan anak, mengamati kesulitan yang mungkin dihadapi oleh anak, kemudian membantu anak mengatasi kesulitannya tersebut.

Aspek Sosioemosional

Ibu sangat berperan dalam mengembangkan nilai-nilai yang akan dibawa oleh anak dalam kesehariannya sampai ia besar nanti. Ibu sebagai role model terdekat anak, berperan besar dalam membentuk perilaku positif anak. Lewat contoh-contoh perilaku sederhana yang ditunjukkan oleh ibu (misalnya saja, mengucapkan terimakasih saat diberi sesuatu, mengucapkan maaf ketika melakukan kesalahan, dll.) anak dapat mempelajari bagaimana harus bersikap dan membangun interaksi yang posiif dengan lingkungan. Selain itu, ibu juga dapat membantu anak dalam membentuk konsep diri yang positif dan juga mengembangkan kepercayaan diri anak. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan konsep diri yang positif pada anak adalah dengan cara memberikan kesempatan pada anak untuk mengatasi kesulitan atau tantangan yang ia temui dan kemudian memberikan apresiasi saat anak berhasil mengatasi tantangan tersebut. Dengan memiliki kesempatan untuk mengatasi tantangan yang ia temui, anak akan merasa bahwa ia mampu. Ini akan menjadi sebuah pengalaman psoitif untuk anak. Sejumlah pengalaman positif akan membantu anak untuk mengembangkan kepercayaan dirinya.

      Demikian banyaknya peran ibu dalam mendukung tumbuh kembang anak. Kasih dan sayang ibu yang tak terhingga pada anaknya, tentunya akan selalu membantu ibu untuk mengupayakan segala hal agar anaknya berkembang dengan optimal, dan kelak dapat menjadi pribadi yang mandiri serta percaya diri.

“The mother-child relationship is paradoxical and, in a sense, tragic. It requires the most intense love on the mother’s side, yet this very love must help the child grow away from the mother, and to become fully independent.” – Erich Fromm.

(Firesta Farizal, M.Psi., Psikolog)

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *