Melatih Anak Berpuasa

Dalam hitungan hari kita akan memasuki bulan Ramadhan. Salah satu kewajiban umat Islam dalam bulan ini adalah berpuasa yang berarti menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Beberapa tahun terakhir, Ramadhan berbarengan dengan masa liburan anak. Tentu ini menjadi momen spesial bagi orang tua muslim untuk memberikan pendidikan agama kepada anak, khususnya untuk melatih anak berpuasa.

Secara psikologis, banyak manfaat yang dapat diperoleh anak dari berpuasa. “Puasa dapat melatih anak untuk empati, yaitu ikut merasakan kesulitan orang lain untuk bisa makan dan minum. Selain itu, puasa dapat melatih anak untuk disiplin dan sabar menanti sesuatu yang menyenangkan, dalam hal ini makan dan minum di waktu berbuka,” jelas Psikolog Anak Danar Tri Kusuma, M.Psi., Psikolog.

Mengenalkan Puasa

Mencoba berpuasa atas keinginan anak sendiri tentu lebih mudah untuk dilakukan. Namun orang tua sebaiknya juga tetap aktif mengajak anak untuk mengenal dan mencoba berpuasa. Puasa dapat mulai dikenalkan sejak anak memasuki usia sekolah atau bahkan prasekolah (TK). Hal ini juga harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan kemampuan anak dalam menahan rasa lapar maupun haus.

Puasa dapat dikenalkan secara bertahap, terutama pada anak yang usianya lebih kecil. Misalnya puasa setengah hari, dimulai setelah sahur dan berbuka di jam makan siang. Bisa juga puasa kembali dilanjutkan hingga waktu berbuka yaitu saat petang. Saat anak berpuasa, orangtua dapat memberikan aktivitas menyenangkan namun tidak melelahkan, yang dapat mengalihkan anak dari perasaan lapar dan haus. Misalnya dengan kegiatan membuat atau menghias kartu lebaran, berkunjung ke panti asuhan, dan lainnya.

Berikan apresiasi atau reward yang sesuai apabila anak berhasil mencapai target berpuasa. Reward tidak selalu berbentuk uang, tetapi bisa saja dengan hal lain seperti mengajak anak berbuka di restoran favorit atau memasakkan makanan kesukaan anak.

Toleransi dengan Sesama

Saat masa liburan, keluarga sering menghabiskan waktu bersama di luar rumah. Bila anak sedang bepergian dalam keadaan berpuasa, tentu ia akan bertemu dengan orang-orang yang tidak berpuasa atau restoran yang buka saat jam puasa berlangsung. Bagaimana menjelaskan kondisi ke anak? Menurut Danar, orang tua dapat menjelaskan bahwa setiap orang memiliki aturan beragama yang berbeda dan dalam Islam terdapat aturan berpuasa. Bila anak melihat sesama muslim sedang tidak berpuasa, jelaskan pula bahwa kondisi mereka sedang tidak mampu berpuasa, sedangkan dirinya (anak) mampu. Hal ini juga secara tidak langsung mengajarkan ke anak bahwa kita juga harus menghormati orang yang dalam kondisi tidak mampu berpuasa.

Mengajarkan Konsep Agama ke Anak

Danar menambahkan orang tua berperan penting dalam memberikan pendidikan agama ke anak dengan pendekatan yang positif. Mengajarkan konsep agama pada anak sebaiknya dengan memberikan pandangan bahwa perintah-perintah Tuhan seperti shalat, zakat, puasa, dsb merupakan hal-hal baik yang akan disenangi oleh Tuhan apabila kita melakukannya. Kemudian, orang tua dapat memberikan penyampaian yang lebih positif yaitu Tuhan akan sedih apabila kita tidak menjalankannya, bukan Tuhan akan marah atau memberikan azab. Hal ini dapat memberikan penilaian positif anak terhadap konsep agama.

Diharapkan dengan menanamkan kesadaran anak berpuasa di bulan Ramadhan secara bertahap dan menyenangkan, anak akan terbiasa menjalankan ibadah ini dan tidak menganggapnya sebagai paksaan. Hal ini akan bermanfaat bagi kecerdasan spiritual anak di masa mendatang.

(Hanny Utari. Image: Anonymous)

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *