Manajemen Waktu Anak

Manajemen waktu dapat dikenalkan pada anak sedini mungkin, terutama saat ia sudah memiliki rutinitas yang teratur seperti sekolah. Orang tua dan anak dapat mendiskusikan jadwal kegiatan anak bersama-sama. Tentunya banyaknya kegiatan anak juga harus sangat disesuaikan dengan usianya. Disiplin merupakan kunci dari manajemen waktu. Anak-anak yang sudah terbiasa dengan rutinitas dan konsistensi biasanya akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan kegiatan-kegiatannya.

Saat TK menjadi pengalaman pertama anak sekolah. Karena pengalaman pertama, tentu saja banyak hal yang harus dibiasakan. Sebelum tahun ajaran dimulai, orang tua dapat membantu anak membiasakan diri terhadap hal ini. Sebagai contoh adalah mengajak anak tidur lebih cepat agar ia dapat bangun lebih pagi. Ketika SD tentu kendala yang dihadapi akan berbeda. Orang tua dapat mulai memperkenalkan ke anak kapan waktu ia dapat beristirahat dan menonton TV; kapan ia harus mengerjakan PR dan belajar untuk ulangan. Sehingga harapannya ketika ia menginjak jenjang SMP bahkan perkuliahan, ia sudah mampu mandiri membagi waktu sesuai porsinya masing-masing.

Konsistensi dan Konsekuensi

Perlu adanya konsistensi dan konsekuensi yang diterapkan oleh orang tua dalam menerapkan manajemen waktu. Konsistensi sebetulnya membantu anak menjadi lebih mudah meregulasi dirinya. Saat orang tua tidak konsisten, anak semakin sulit meregulasi dirinya karena tidak ada pola yang sama. Konsekuensi dapat diberikan untuk memperkuat perilaku anak. Konsekuensi positif diberikan saat anak memunculkan perilaku yang diharapkan (pujian, pelukan, dll). Konsekuensi negatif diberikan saat anak memunculkan perilaku yang tidak diharapkan. Tentu saja konsekuensi berbeda dengan hukuman, konsekuensi negatif membuat anak belajar dari pengalamannya.

oleh: Firesta Farizal, M.Psi., Psikolog (Psikolog Anak). (Editor: Hanny Utari. Image: Unknown)

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *