Sudah menjadi budaya di Indonesia untuk ‘segera’ memiliki anak setelah menikah. Tuntutan ini biasanya datang dari lingkungan, baik keluarga terdekat sampai orang-orang sekitar. Tidak perlu terpengaruh dengan semua itu. Nyatanya, untuk menjadi orangtua membutuhkan sejumlah kesiapan. Bukan hanya kesiapan fisik dan finansial, tetapi juga mental.
Mengapa butuh kesiapan mental? Karena menjadi orangtua bukan hanya sekedar perubahan status sosial semata. Namun merupakan profesi yang membutuhkan ‘tanggung jawab’ seumur hidup. Sehingga menjadi penting bagi para calon orangtua untuk memiliki kesiapan mental. Berikut tanda-tandanya!
Menjadi visioner.
Memiliki gambaran dan menyusun skenario mengenai hal-hal yang mungkin akan dihadapi saat menjadi orangtua, merupakan salah satu tanda bahwa anda siap menjadi orangtua. Tidak hanya berorientasi pada hal-hal positif yang menyenangkan saja tetapi juga siap menghadapi tantangan-tantangan yang mungkin dihadapi saat menjadi orangtua. Tantangan fisik; begadang, kurang tidur, lebih lelah mengurus segala kebutuhan anak. Tantangan emosional; stress, lelah secara emosional, mudah terpancing emosi dengan hal-hal yang dilakukan oleh anak, dll.
Siap berperilaku, berucap dan ajarkan hal baik.
Menyadari bahwaapapun yang dilakukan akan memberikan dampak kepada anak. Sehingga ketika orangtua ingin anak berkembang menjadi individu yang baik, maka harus siap untuk melakukan dan mengajarkan hal-hal yang baik pada anak.
Bertanggung jawab dan memiliki skala prioritas.
Siap untuk bertanggung jawab dalam memberikan kasih sayang dan perhatian yang dibutuhkan anak, sehingga anak dapat berkembang dengan optimal. Dan juga, siap untuk mendulukan kepentingan anak diatas kepentingan diri sendiri. Contohnya: membacakan cerita sebelum tidur atau menemani anak saat sakit jadi jauh lebih penting daripada nongkrong dengan teman-teman sampai larut malam.
Regulasi emosi.
Memiliki kemampuan regulasi emosi yang baik merupakan tanda penting bahwa Anda siap menjadi orangtua. Bayangkan jika orangtua tidak memiliki kemampuan regulasi emosi yang baik, maka mungkin anak akan sangat sering dimarahi, dibentak atau mendapatkan hukuman fisik saat perilakunya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh orangtua.
Siap untuk selalu belajar.
Ingat bahwa anak memiliki karakteristik dan kebutuhan yang mungkin berbeda-beda. Dalam rangka memberikan pengasuhan yang tepat terhadap anak, orangtua harus siap untuk selalu belajar dan berkembang menjadi lebih baik. Seperti mendengarkan pendapat orang lain, mencari informasi, membaca buku, berdiskusi dengan pihak-pihak yang dianggap lebih ahli, dan juga memperhatikan dan belajar dari si anak itu sendiri – apa yang ia butuhkan, mengapa ia memunculkan perilaku tertentu, apa yang jadi minatnya, dst.
Saat seseorang tidak siap (secara mental / psikologis) untuk menjadi orangtua, maka kemungkinan besar anaklah yang menjadi korbannya. Misalnya saja, anak akan menjadi tidak terurus atau tidak tercukupi kebutuhannya. Bukan hanya kebutuhan fisik, namun juga kebutuhan emosional seperti mendapatkan perhatian dan kasih sayang, merasa didengarkan pendapatnya, atau merasa diberikan dukungan. Saat orangtua tidak siap menjadi orangtua, anak dapat berkembang menjadi tidak optimal. Bahkan ada kemungkinan memiliki gangguan/masalah emosional tertentu. Jadi sudahkan Anda memiliki tanda-tanda tersebut?
(Firesta Farizal, M.Psi.,Psikolog, Editor: Rezki Novrianti)