Setiap orang tua pasti berusaha memberikan yang terbaik bagi anak. Termasuk dalam menyiapkan masa depannya. Mulai dari merencanakan pendidikan anak hingga menanamkan perilaku-perilaku baik agar ia menjadi manusia yang cakap di masa depan nanti. Salah satu perilaku yang diperlukan anak untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya adalah perilaku disiplin.
Disiplin mengajarkan anak tentang tanggung jawab dan peran dalam kehidupan bermasyarakat. Perilaku ini diwujudkan dengan menaati seperangkat aturan yang berisi norma-norma yang berlaku. Untuk menumbuhkan perilaku disiplin anak, orang tua dapat mengenalkan aturan pada anak sejak dini yaitu pada usia 18- 24 bulan.
Pada usia ini, kemampuan bahasa anak mulai berkembang sehingga ia dapat memahami instruksi sederhana yang diberikan. Tidak hanya itu, pada usia tersebut anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Sehingga, penting untuk anak diberikan batasan-batasan mengenai hal yang boleh dan tidak boleh ia lakukan. Memberikan batasan juga dimaksudkan untuk menjaga keselamatan anak.
Tidak hanya sampai disitu, saat anak memasuki sekolah dasar, ia mulai diperkenalkan dengan aturan-aturan secara formal. Berbeda dengan masa pra sekolah (TK) yang tidak memiliki aturan yang bersifat mengikat. Untuk mendorong anak bersikap disiplin dan berperilaku baik di sekolah, dianjurkan untuk membuat aturan di rumah sehingga anak dapat dengan mudah beradaptasi dengan aturan di sekolah.
Terapis Perilaku Karina Safitri, S.Psi. menyebutkan bahwa …
Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam membuat aturan dirumah.
Libatkan anak dalam membuat aturan.
Aturan yang dibuat bersama akan lebih diterima oleh anak karena ia terlibat di dalamnya. Di lain sisi, anak dapat belajar berdiskusi dan mengutarakan apa yang ia rasakan.
Daripada bersikap otoriter, berikan alasan yang logis pada setiap aturan yang dibuat. Misalnya melarang anak menonton TV dari jarak dekat karena dapat merusak kesehatan mata. Penjelasan yang logis membantu anak memahami konsep konsekuensi. Selain itu, karena anak cenderung meniru perilaku dari lingkungan sekitar terutama orang tua. Maka aturan yang dibuat juga harus dipatuhi orang tua agar aturan tersebut dirasa adil oleh anak.
Ketika anak melanggar aturan, segera beri anak hukuman yang telah disepakati agar ia dapat mengoreksi kesalahannya. Penundaan hukuman akan mengakibatkan kebingungan pada anak mengapa ia menerima hukuman.
Tidak menunda hukuman
Membantu anak belajar bertanggung jawab atas perbuatannya. Bertindak langsung akan menunjukkan orang tua serius dalam menerapkan aturan sehingga anak akan mematuhinya.
Pemberian hukuman juga harus disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak. Sebagai contoh penerapan hukuman time-out cocok untuk anak balita sampai usia awal sekolah dasar. Akan tetapi jika hukuman tersebut diterapkan pada anak usia sekolah dasar kelas 3-6 belum tentu memberikan efek jera pada anak sehingga hal ini bukan sebuah hukuman bagi anak.
Hindari pemberian hukuman yang membahayakan kesehatan fisik dan mental anak seperti memukul anak hingga terluka atau mengurung anak di dalam kamar mandi. Akan lebih baik jika hukuman yang diberikan sesuai dengan aturan yang dilanggar anak seperti, anak yang tidak mau mengerjakan PR tidak boleh menonton tv sebelum PR selesai di kerjakan.
Berikan anak reward.
Terkadang orang tua hanya fokus terhadap perilaku negatif yang dilakukan anak dan lupa untuk melihat perilaku postif anak. Jika anak dapat menerapkan aturan yang telah dibuat dalam jangka waktu tertentu, beri ia pujian, pelukan atau hadiah kecil yang membuat anak merasa senang dan dihargai. Jangan lupa jelaskan mengapa anak menerima reward tersebut agar anak mempertahankan perilaku baik.
Dibutuhkan kesabaran dalam menerapkan aturan pada anak. Namun jika dilakukan terus-menerus secara berkelanjutan, bukan tidak mungkin anak menjadi terbiasa bersikap disiplin. Yang perlu diingat oleh orang tua adalah mengajarkan anak disiplin bukan semata-mata memberikan hukuman tetapi lebih membantu anak membuat pilihan yang bijak.
(Rezki Novrianti)