Ada anak yang senang berlari kesana kemari, senang melakukan banyak hal, sulit duduk dalam waktu yang lama, sulit fokus saat mengerjakan tugas, serta berbagai tingkah laku lainnya yang membuat anda sebagai orang tua sedikit was-was dengan perkembangannya. Beberapa orang tua akan berpikir bahwa anak mereka Hiperaktif atau bahkan ada yang mengira anak mereka menyandang ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder) padahal belum tentu. Tingkah laku aktif anak wajar saat dia berada pada usia dibawah 5 tahun karena pada usia tersebut anak sedang berada pada tahap eksplorasi lingkungannya. Namun jika tingkah laku tersebut masih dilakukan pada usia sekolah maka hal tersebut perlu mendapat perhatian.
Istilah Hiperaktif sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar orang, terutama orang tua dan guru. Dalam buku Kring, Ann M., dkk. 2011. Abnormal Psychology 12th , dijelaskan bahwa Hiperaktif adalah bila anak secara terus menerus bergerak seperti mengetukkan jari, menggoyangkan kaki, menusuk orang lain tanpa alasan yang jelas, dan gelisah. Anak juga seringkali mengalami kesulitan untuk bermain atau aktivitas lain yang memerlukan ketenangan. Ketika perilaku ini secara ekstrem menetap pada situasi yang berbeda di periode perkembangan tertentu, maka ada kecenderungan anak menyandang ADHD. Namun tentunya dalam memastikan hal ini perlu adanya observasi tumbuh kembang anak yang mendalam oleh Psikolog.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu Danar Tri Kusuma Ramdani, M.Psi., Psikolog, salah satu Psikolog Anak di Mentari Anakku (Klinik Psikologi dan Pusat Terapi Anak). Beliau menjelaskan, “Untuk dapat melihat mana anak yang Hiperaktif atau yang ADHD dapat dilihat dari jumlah situasi. Maksudnya yaitu anak Hiperaktif biasanya hanya akan Hiperaktif di satu situasi tertentu, contohnya situasi di rumah, di mana anak bertingkah laku sangat aktif saat di rumah. Sedangkan anak dengan ADHD biasanya di dua situasi, misal dalam situasi di sekolah dan di rumah. Namun hal ini masih perlu dilakukan assesment lanjutan dengan berdasarkan kriteria yang ada dalam DSM V (The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition).” Sebagai tambahan, Ibu Danar juga mengatakan bahwa Hiperaktif termasuk ke dalam salah satu tipe ADHD. Namun seorang anak yang Hiperaktif belum tentu ADHD.
Salah satu indikasi penyandang ADHD adalah adanya gangguan konsentrasi pada anak. Namun bila anak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas, seperti tidak fokus selama pengerjaan, belum tentu anak tersebut merupakan penyandang ADHD. Jika si buah hati memiliki kecenderungan untuk sulit fokus dalam mengerjakan tugas, orang tua dapat memberikan kegiatan yang lebih terfokus. Kegiatan ini dapat dimulai sejak usia balita. “Saat usia balita, Ibu dapat memberikan anak permainan seperti melakukan permainan pasang puzzle atau mewarnai. Saat bermain, usahakan agar anak menyelesaikannya. Karena dengan demikian maka anak akan belajar fokus untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.”, saran Ibu Danar.
Memperbanyak informasi mengenai tumbuh kembang anak dan rutin berkonsultasi dengan ahli, seperti Psikolog Anak, tentu harus dilakukan orang tua bila merasa ada yang berbeda dengan tumbuh kembang si buah hati dibandingkan teman-teman usianya. Hindari memberi label anak dengan indikasi tertentu bila Anda belum mencari tahu informasi yang tepat ke ahlinya.
(Nian Indah Kinanthi Cahyono. Editor: Hanny Utari. Gambar: www.cbc.ca)