Sensori Integrasi dan Okupasi Terapi: Solusi untuk Gangguan Perkembangan Anak

Sensori Integrasi dan Okupasi Terapi

Sebelum kita bahas keterkaitan antara okupasi terapi dan sensori integrasi, sebelumnya kita akan menjabarkan secara jelas mengenai sensori integrase dan okupasi terapi.

  1. Okupasi Terapi

a. Definisi Okupasi Terapi

Penggunaan secara terapeutik dari aktivitas kehidupan sehari-hari (pekerjaan) pada individu atau kelompok untuk tujuan meningkatkan atau memungkinkan partisipasi dalam peran, kebiasaan, dan rutinitas di rumah, sekolah, tempat kerja, komunitas, dan pengaturan lainnya. (Adaptasi dari AOTA, 2011).

b. Praktisi Okupasi Terapis

Merupakan seseorang yang sudah menjalani pendidikan berbasis Okupasi Terapi dan profesional perawatan kesehatan yang terampil yang menggunakan penelitian dan bukti ilmiah memastikan intervensi yang dilakukan efektif. Menggunakan pengetahuan psikologis seseorang, fisik, emosional, dan susunan sosial, praktisi terapi okupasi dapat mengevaluasi bagaimana kondisi klien (atau risiko untuk satu) mempengaruhi tubuh dan pikiran klien, dengan menggunakan perspektif holistik. (AOTA, 2011)

c. Pendidikan okupasi terapi

Pendidikan okupasi terapi di Indonesia ada di Universitas Indonesia dengan jenjang D3 dan di Poltekes Surakarta dengan jenjang D3 dan D4. Okupasi terapis menggunakan pengetahuan mereka tentang hubungan dan keterlibatannya dalam aktivitas dan konteks untuk merancang rencana intervensi berbasis pekerjaan yang memfasilitasi perubahan atau pertumbuhan faktor klien (fungsi tubuh, struktur tubuh, nilai-nilai, kepercayaan , dan spiritualitas) dan keterampilan (motorik, proses, dan interaksi sosial) yang diperlukan untuk proses adaptasi yang sesuai agar klien dapat kembali beraktivitas dengan adaptif.

d. Fungsi Okupasi Terapi

–  Membantu klien belajar atau mempelajari kembali kegiatan yang mereka inginkan dan perlu kuasai untuk menjalankan kehidupan sehari-hari

–  Membantu klien beradaptasi dengan disabilitas mereka sehingga dapat mengembangkan pekerjaan yang efektif

–  Membantu klien dengan menyediakan adaptasi lingkungan yang memfasilitasi peningkatan partisipasi dalam kehidupan sosial

–  Bekerja untuk mencegah penyakit dan trauma serta meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan klien.

      2. Sensori Integrasi

a. Sejarah sensori integrasi

Sensory Integration adalah teori yang dikembangkan lebih dari 20 tahun yang lalu oleh A. Jean Ayres, seorang pekerja terapis dengan pelatihan lanjutan dalam ilmu saraf dan psikologi pendidikan (Bundy & Murray, 2002).

b. Definisi sensori integrasi

Ayres (1972) mendefinisikan sensori integrasi sebagai “proses neurologis yang mengatur sensasi dari tubuh seseorang dan dari lingkungan dan memungkinkan untuk menggunakan tubuh secara efektif di dalam lingkungan “. Teori ini digunakan untuk menjelaskan hubungan antara otak dan perilaku dan menjelaskan mengapa individu merespon dengan cara tertentu terhadap masukan sensorik dan bagaimana hal itu memengaruhi perilaku.

c. Aspek yang ada di teori sensori integrasi

–          Taktil

–          Vestibular

–          Proprioseptif

–          Auditori

–          Visual

–          Gustatori

–          Olfaktori

–          Introceptive

       3. Kaitan antara Sensori Integrasi dan Okupasi Terapi

Kaitan sensori integrasi dan okupasi sangat erat. Sensori integrasi merupakan salah satu bagian dari okupasi terapi. Sensori integrasi merupakan framework atau kerangka pemikiran yang digunakan oleh okupasi terapi dalam penanganan pasien dengan menitikberatkan pada proses neurologis yang mengatur sensasi dari tubuh seseorang dalam kegiatan adaptif. Jadi secara garis besar sensori integrasi merupakan salah satu pelayanan yang dapat dilakukan oleh okupasi terapi untuk membantu fungsi kehidupan klien. Sensori integrasi integrase diibaratkan sebagai salah satu alat yang disediakan oleh okupasi terapi untuk membantu klien mencapai tujuan yang diinginkan.

(Narasumber: Lailatul MubarokahA.Md.OT (Okupasi Terapis)

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *