
Apa Itu Overthinking?
Sebagai individu dewasa yang hidup di masa kini, istilah overthinking tentu merupakan sebuah istilah psikologis yang familiar kita temukan di kehidupan sehari-hari. Overthinking seringkali dilihat sebagai sebuah kondisi dimana individu berpikir secara berlebihan mengenai banyak hal, yang kerap kali cenderung negatif. Kondisi overthinking ini sebenarnya tidak hanya mengenai proses berpikir yang terlalu banyak, melainkan berbicara mengenai ketidakmampuan individu berhenti dari jebakan berpikir berulang, baik dalam bentuk memutar ulang skenario negatif yang sudah terjadi, melakukan analisis berlebihan atas masalah yang sedang dihadapi, dan mengantisipasi terlalu banyak hal yang belum tentu terjadi di masa depan. Berpikir tanpa henti ini akan memunculkan sensasi kelelahan, baik mental maupun fisik, yang pada akhirnya justru membuat individu tidak efektif dalam melakukan problem solving, melainkan terjebak dalam labirin berpikir tanpa henti.
Mengapa Seseorang Menjadi Overthinker?
Ada banyak sekali penyebabnya, salah satunya adalah mekanisme pertahanan diri dari lingkungan yang dirasa membahayakan. Mungkin saja ia tumbuh di lingkungan yang kerap mengkritik dirinya berlebihan, sehingga mengantisipasi diri dari melakukan kesalahan, dan memikirkan berbagai rencana navigasi diri menjadi satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri dari kritik berlebihan. Ada juga kemungkinan bahwa individu memiliki pengalaman traumatis di masa lalu yang membuatnya kesulitan untuk berhenti memindai potensi bahaya yang ada di sekitarnya. Hal ini membuat ia secara konsisten merasa tidak aman, dan terus memikirkan peristiwa menyakitkan yang pernah ia alami, atau menganalisis masalah secara berlebihan, atau bahkan mengantisipasi berbagai potensi masalah, agar ia dapat merasa aman dalam menjalani hidupnya. Bagaimanapun overthinking menjadi sebuah pola berulang yang terbentuk dari dorongan untuk menyelamatkan diri, dari ancaman yang belum tentu ada di realita.
Cara Mengelola Overthinking
Meskipun melelahkan, overthinking bukanlah sesuatu yang mustahil untuk diatur. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan secara mandiri, antara lain:
- Mulailah dari membangun kesadaran bahwa “pikiran kita sedang terlalu aktif”. Kesadaran ini akan membantu kita mengenali situasi apa yang menjadi sumber ancaman saat ini, dan dengan demikian membantu kita merestrukturisasi cara berpikir untuk menyikapinya.
- Ketika sudah menyadari bahwa pikiran kita sedang terlalu aktif, dan menyadari hal-hal apa yang memunculkan overthinking ini, maka kita perlu membantu diri untuk kembali kepada realita yang sesungguhnya. Beberapa hal yang bisa dilakukan di antaranya adalah melatih nafas, dan melakukan teknik grounding. Hal ini membantu diri kita berjarak dari pikiran kita secara bertahap.
- Tuliskan masalah, dan hal-hal yang menjadi beban pikiran kita. Menulis adalah salah satu cara untuk membantu kita mengolah kembali alur berpikir kita. Seringkali hanya dengan menuangkannya di selembar kerta, kita jadi menyadari cara-cara berpikir yang kurang efektif. Bahkan seringkali, menulis akan membantu kita untuk menyusun prioritas mengenai hal yang perlu dipikirkan, dan hal yang perlu direlakan.
- Memulai gaya hidup yang lebih sehat. Overthinking seringkali diakibatkan oleh kecemasan, dan salah satu cara mengelola kecemasan adalah menjalani gaya hidup yang lebih sehat. Di banyak penelitian, kita sudah mendapati bahwa olahraga teratur membantu kita untuk mengelola kecemasan dengan lebih baik. Dengan demikian mulailah berolahraga.
- Berbicara dengan orang yang dipercaya. Mengungkapkan pikiran secara verbal kepada orang yang kita percaya juga dapat meringankan beban emosional dan mendukung kita berpikir secara efektif. Oleh karena itu berlatihlah untuk mengungkapkan. Ingat, tidak semua hal harus dihadapi sendirian.
Jika semua hal sudah dicoba dan tidak mengurangi overthinking-mu, maka mungkin ada hal-hal lebih dalam yang perlu diproses. Maka jangan ragu untuk mencari bantuan profesional, karena overthinking bisa menjadi gejala awal dari masalah-masalah yang jauh lebih besar tetapi tidak pernah diproses lebih menyeluruh.
Ditulis oleh: Anggita H. Panjaitan, M.Psi.,Psikolog
