Long distance marriage atau pernikahan jarak jauh adalah kondisi yang kompleks dan memiliki banyak tantangan bagi banyak pasangan. Bukan saja kehadiran secara fisik yang terasa terbatas, upaya membangun komunikasi yang sehat dan konsisten, menjaga keintiman emosional, serta upaya mempertahankan rasa percaya satu sama lain seringkali memunculkan konflik-konflik yang sulit untuk dinavigasi. Berdasarkan pengalaman saya di dalam sesi-sesi pasangan, saya menyadari bahwa mungkin long distance marriage mungkin tidak untuk semua orang. Namun demikian, bukan berarti mereka yang menjalaninya pasti akan menghadapi masalah-masalah rumit yang tidak terselesaikan. Pada dasarnya pernikahan bisa berhasil, jika kedua belah pihak bersedia bekerja keras untuk saling memahami, menjaga, dan merawat rasa kasih dan kepercayaan kedua belah pihak. Oleh karena itu, di bawah ini adalah hal-hal yang bisa diupayakan bersama dalam menjalani hubungan long distance marriage:
- Di dalam pernikahan, pasangan tidak hanya dipandang sebagai suami/istri, tetapi yang diharapkan pasangan bisa menjadi sahabat dan partner dalam mengarungi kehidupan bersama. Oleh karena itu, saling mengenal pola komunikasi satu sama lain, serta mengelola komunikasi yang efektif, konsisten, dan transparan menjadi salah satu kunci yang akan membantu pasangan menavigasi kehidupan pernikahan. Membangun komunikasi yang efektif dan sehat, melibatkan kesediaan satu sama lain untuk mendengarkan satu sama lain dengan sungguh-sungguh, berempati terhadap tantangan yang masing-masing hadapi, apresiasi atas usaha masing-masing, serta meminimalisir memberikan label tertentu kepada pasangan ketika menyikapi masalah bersama. Transparansi di dalam hubungan juga perlu dijaga dengan baik, dimana satu sama lain perlu membagikan dirinya di dalam hubungan secara apa adanya, serta menciptakan ruang yang aman bagi satu sama lain untuk menjadi tempat bercerita.
- Di dalam pernikahan, pasangan tidak hanya dipandang sebagai suami/istri, tetapi yang diharapkan pasangan bisa menjadi sahabat dan partner dalam mengarungi kehidupan bersama. Oleh karena itu, saling mengenal pola komunikasi satu sama lain, serta mengelola komunikasi yang efektif, konsisten, dan transparan menjadi salah satu kunci yang akan membantu pasangan menavigasi kehidupan pernikahan. Membangun komunikasi yang efektif dan sehat, melibatkan kesediaan satu sama lain untuk mendengarkan satu sama lain dengan sungguh-sungguh, berempati terhadap tantangan yang masing-masing hadapi, apresiasi atas usaha masing-masing, serta meminimalisir memberikan label tertentu kepada pasangan ketika menyikapi masalah bersama. Transparansi di dalam hubungan juga perlu dijaga dengan baik, dimana satu sama lain perlu membagikan dirinya di dalam hubungan secara apa adanya, serta menciptakan ruang yang aman bagi satu sama lain untuk menjadi tempat bercerita.
- Pengelolaan konflik jarak jauh seringkali menantang, tetapi walau berkonflik terasa tidak nyaman, seringkali konflik mampu menjadi titik balik yang memperkuat hubungan. Oleh karena itu latih diri Anda dan pasangan untuk menavigasi konflik secara bersama-sama, bukan sekadar menunda, dan menyimpan ketidaksukaan untuk diri Anda seorang.
- Prinsip dasar dalam relasi interpersonal, yaitu “connection over correction” adalah prinsip yang esensial di dalam pernikahan. Seringkali dengan begitu banyaknya hal yang perlu dinavigasi di dalam hubungan, kita kerap mengkritik, saling menyalahkan, serta merendahkan satu sama lain tanpa Anda niatkan. Dalam menyikapi hal ini, baiknya Anda dan pasangan memiliki mekanisme tentang bagaimana Anda ingin terkoneksi satu sama lain. Terkoneksi lebih dari sekadar berkirim kabar, melainkan mengupayakan untuk benar-benar hadir untuk satu sama lain semaksimal mungkin yang bisa diupayakan. Ketika koneksi satu sama lain cukup kuat, maka rasa percaya, rasa aman, rasa didengar, akan menjadi kuat.
Adapun jika upaya untuk membangun keempat hal di atas terasa sangat berat, diskusikan dengan psikolog maupun dengan konsultan perkawinan yang bisa Anda datangi. Datang ke dalam sesi pasangan bukan berarti Anda dan pasangan lemah, justru bagi kami, itu artinya Anda berusaha untuk mempertahankan pernikahan yang berharga.
Ditulis oleh: Anggita H. Panjaitan, M.Psi.,Psikolog
