#Keluargamentari, pembahasan mengenai self-love tampak tidak pernah kehilangan relevansinya dari percakapan sehari-hari. Di banyak sesi konseling bersama dengan para klien, topik terkait self-love merupakan salah satu topik yang kerap kami bahas bersama. Dari proses konseling tersebut, saya melihat adanya kebingungan mengenai konsep self-love dan selfish. Oleh karena itu, ijinkan saya menuliskan secara sederhana apa yang sebenarnya perlu kita pahami mengenai konsep self-love dan selfish. Besar harapan saya, tulisan sederhana ini bisa dipahami dan membantu kita mendukung diri untuk semakin menjadi individu yang berdaya dan mempu menjaga Kesehatan mental kita.
Self-love sebagai sebuah konsep dapat dipandang sebagai rasa mengasihi diri sendiri secara menyeluruh dan utuh, dan oleh karena itu rasa cinta tersebut mendorong individu untuk berupaya memahami diri dalam konteks hidupnya, memahami peran yang ia pegang, dan berupaya untuk terus mendukung diri guna menjalani seluruh peran dirinya dengan baik.
Di sisi lain, selfish atau yang dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai egois, adalah sebuah adalah sebuah kualitas individu yang mementingkan kepentingan dan kesejahteraan dirinya seorang. Dalam hal ini, egois dipandang sebagai upaya untuk terus mengutamakan diri tanpa mempertimbangkan orang di sekitarnya. Perilaku yang egois ini belum tentu berujung pada kebaikan, seringkali justru membuat individu menjadi kaku dalam memandang dirinya di hadapan lingkungan.
Dengan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki self-love bukanlah individu yang selalu mementingkan dirinya sendiri, melainkan individu yang sadar atas kapasitas diri dan peran yang diambil di tengah masyarakat, sehingga terdorong untuk menjaga dirinya agar dapat menjalani peran kehidupannya dengan lebih baik.
Secara sederhana, individu yang mencintai dirinya akan tetap menjalani peran-peran dan hal-hal yang mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman, karena adanya kesadaran bahwa kadang kala ketidaknyamanan juga mendatangkan kebaikan bagi dirinya sendiri. Sementara individu yang egois akan serta-merta menolak berbagai situasi yang membuatnya merasa tidak nyaman, sekalipun hal tersebut mendatangkan kebaikan bagi dirinya.
Lalu, dimanakan batasan-batasan antara self-love dengan selfish?
Batasannya ada pada pemahaman atas hubungan indvidu dengan orang di sekitarnya. Misalnya dalam dunia kerja, individu yang memiliki self-love sangat mungkin untuk menerima ketika di dalam beberapa kesempatan ia akan dituntut untuk lembur demi menyelesaikan pekerjaan. Begitu juga ketika individu menyadari bahwa ia sedang tidak sehat, maka ia bisa dengan welas asih memberikan kesempatan kepada dirinya untuk beristirahat, tanpa merasa bersalah. Sementara pada individu yang selfish, ia kesulitan untuk menakar seberapa penting sebuah proses kerja yang sedang ia jalani, sehingga kerap menolak tuntutan untuk lembur, sekalipun pekerjaannya belum selesai dan dapat membebani rekan kerja lainnya.
Dengan demikian, individu yang memiliki rasa cinta akan dirinya, akan berusaha untuk memikirkan perannya, dan memenuhi kebutuhan fisik maupun psikologis yang akan membantunya untuk menjalani peran dalam sehari-hari secara optimal. Perilaku self-love tidak melulu mengenai perilaku yang bersenang-senang, perilaku self-love yang paling dasar adalah upaya untuk merawat diri. Misalnya, menjaga asupan makan yang sehat, menjaga jam dan kualitas tidur, berolahraga untuk menjaga kebugaran diri, dan menghabiskan waktu dengan orang-orang tersayang untuk menjaga stabilitas kesehatan mental.
#keluargamentari, mencintai diri sesungguhnya lahir dari upaya untuk memahami kebutuhan diri, dan kesadaran atas peran yang kita pegang di tengah keluarga, bahkan di tengah masyarakat. Mencintai diri seharusnya tidak membatasi diri, justru membantu diri untuk menjadi versi terbaik atas diri sendiri.
Mencintai diri bukan berarti melupakan orang lain, justru ketika kita sudah mampu mencintai diri sendiri, kita mampu membangun hubungan yang lebih sehat dengan orang lain.
Ditulis oleh: Anggita H. Panjaitan, M.Psi.,Psikolog